Kenapa aku memilih Aikido
Mungkin terdengar agak aneh. Anak yang kecil, lemah, dan tak berdaya seperti diriku ikut pelatihan bela diri. Tapi, seaneh apapun kedengarannya, itulah kenyataannya. Ya, sudah hampir setahun lebih aku mengikuti pelatihan bela diri Aikido di kampus. Ini adalah pengalaman pertamaku ikut pelatihan bela diri secara “resmi”. Sebenernya, sudah lama aku tertarik dengan hal-hal semacam itu. Tapi baru waktu kuliah saja benar-benar ikut.
Banyak alasan kenapa aku memilih Aikido. Pertama kali aku tahu tentang Aikido adalah dari tayangan di televisi. Waktu itu aku kagum, mudah sekali orang itu menjatuhkan lawannya, juga gerakan-gerakannya yang elegan dan cenderung halus dan lembut tapi mampu membuat lawan terguling-guling. Sekilas mirip dengan Judo, namun lebih lembut.
Ya, salah satu ciri khas Aikido adalah bahwa ia tidak mengandalkan kekerasan (aneh ya? Bela diri tanpa kekerasan?) dan kekuatan fisik. Namun mengandalkan energi dari lawan untuk menjatuhkan dirinya sendiri. Secara fisika, konsep yang digunakan seperti momentum dan inersia (atau apapun itu).
Ketika lawan bergerak menyerang, maka ia memiliki momentum yang besar. Nah, seseorang yang berlatih Aikido tidak diajarkan untuk menangkisnya, tapi hanya membelokkannya sehingga momentum lawan membuat dirinya sendiri kehilangan keseimbangan (begitu teorinya).
Karena tidak terlalu mengandalkan kekuatan fisik itulah aku yang lemah ini berminat mengikutinya dan masih bisa bertahan sampai sekarang.
Salah satu hal yang bermanfaat dari latihan Aikido adalah mengenai teknik jatuh. Maksud dari “teknik” di sini adalah bagaimana cara kita mengatur diri saat terjatuh maupun terbanting sehingga meminimalkan cedera yang mungkin terjadi. Karena sangat penting, teknik jatuh adalah hal yang pertama kali diajarkan kepada pemula saat awal latihan, mengingat kebanyakan teknik Aikido berakhir dengan lawan yang terjatuh sampai berguling-guling (walaupun di matras yang empuk). Tentunya pengetahuan tentang teknik jatuh yang aman ini juga bisa diterapkan pada kehidupan nyata, misalnya saat terpeleset, terjatuh dari kendaraan, dan sebagainya.
Hal lain yang esensial dari Aikido adalah teknik menghindar. Kebanyakan teknik Aikido adalah menghindari serangan kemudian berusaha menetralkannya. Dengan demikian, akan terbentuk suatu refleks untuk menghindari serangan.
Lalu, apakah Aikido efektif untuk pertarungan “yang sebenarnya”?
Hmm. Sepertinya tidak juga. Kata seorang teman, walaupun seseorang sudah ahli dalam disiplin bela diri tertentu, pada waktu berkelahi sungguhan biasanya lupa akan ilmunya, dan hanya mengandalkan refleks saja. Oleh karena itu, yang terpenting dari suatu ilmu bela diri adalah membangun refleks untuk membela diri saat datang gangguan.
Lagipula, siapa juga yang belajar Aikido untuk berkelahi? Anggap saja latihan Aikido sebagai olahraga rutin mingguan untuk membangun tubuh dan jiwa yang lebih kuat, juga untuk melindungi diri sendiri dan orang-orang yang dicintai kelak saat muncul ancaman…
Aly 3:48 pm on 8 November 2009 Permalink |
lw ikutan Aikido? wah..keren lw…
abrari 4:34 pm on 8 November 2009 Permalink
Iya. Udah setahunan lah.
Keren? Biasa aja kali. Haha…
Humble 4:11 am on 14 November 2009 Permalink |
Shock ku….!! >,<
abrar? aikido??
shockkkk….;o
abrari 4:34 am on 14 November 2009 Permalink
Silakan shock sepuasnya :D
Humble 9:52 am on 17 November 2009 Permalink |
Wow. . .that’s an unexpected thing from u,brar. . .
Nah, apa lagi ni, hal2 mengejutkan selanjutnya dari bung Abrar?
Hehe
Miftahgeek 8:47 am on 18 November 2009 Permalink |
Terserah aliran apa, toh memiliki keahlian adalah sebuah kebanggaan tersendiri bukan.
abrari 11:39 am on 18 November 2009 Permalink
Yup ^^
bloksaya 4:00 am on 28 November 2009 Permalink |
kamu kan ikot karena namanya “ai”
:)
cie.. anak muda
abrari 4:13 am on 28 November 2009 Permalink
He, “ai” di “aikido” beda artinya sama “ai” biasa :-D
Albadr Nasution 2:19 am on 3 Desember 2009 Permalink |
masih ikut brar? bukannya dah jadi masternya?
abrari 3:06 am on 3 Desember 2009 Permalink
Masih dong… Belum ada yang jadi master kok :-)