Programmer seharusnya anti pembajakan
Sedikit nulis gak jelas saja…
Setelah sedikit menjalani kuliah tentang pemrograman (sebenarnya dari dulu sih), saya jadi sedikit sadar, betapa sulitnya membuat program. Betapa sulitnya merangkai logika dan mengimplementasikannya ke dalam sebuah program yang fungsional. Program yang kami buat masih sangat sederhana sekali banget, mungkin bisa dibilang beberapa tingkat di atas “Hello World”. Namun sudah cukup memeras pikiran. Belum lagi dalam proses debugging alias mencari dan memperbaiki kesalahan program.
Dari perasaan itulah, timbul suatu kesadaran, bahwa membuat program itu memang sulit (dosennya juga bilang begitu). Dari situ pula timbul suatu kekaguman kepada para pembuat program aplikasi yang begitu hebatnya merancang dan menulis kode program sehingga menjadi apa yang kita lihat saat ini, ambil contoh Microsoft Office. Kode yang sudah mereka ketik mungkin sekali berjumlah jutaan baris untuk membuat aplikasi yang benar-benar berguna tersebut. Dibutuhkan waktu yang cukup lama pula dan sumberdaya manusia (baca: programmer) yang banyak untuk membuat aplikasi itu. Office 2007 membutuhkan waktu sekitar 4 tahun untuk rilisnya (dari Office 2003). Dana yang dibutuhkan untuk pengembangannya juga mungkin sangat besar. Ya, membuat sebuah software tidak jauh berbeda dengan membuat suatu peralatan elektronik. Perbedaannya mungkin hanyalah: pembuatan software “hanya” dilakukan dengan mengetik sedangkan membuat alat elektronik butuh komponen-komponen fisik yang harus dirangkai sedemikian rupa.
Lalu, kita yang ada di sini, seenaknya saja meng-copy aplikasi Office tersebut. Atau minta diinstalkan kepada tukang servis komputer terdekat seharga Rp25.000. Padahal harga aslinya bisa mencapai lebih dari 2 juta rupiah. Ini bisa disebut mendzalimi si Microsoft selaku pembuat software (kata seorang Ustadz).
Jika sudah demikian, di mana idealisme kita sebagai mahasiswa sekaligus (calon) programmer? Kapan kita bisa menghargai hasil karya orang lain yang kita “curi” seenaknya?
Mungkin kita juga akan marah jika seandainya, misalkan kita sudah membuat software yang berguna lalu kita komersilkan, lalu tiba-tiba ada orang lain yang tidak membelinya namun hanya meng-copy-nya begitu saja. Percayalah, mereka yang bekerja di Microsoft juga merasakan hal yang sama. Bahkan ini bisa memengaruhi pendapatan perusahaan raksasa tersebut.
Mereka yang tidak mengerti bagaimana sulitnya membuat program mungkin akan santai-santai saja meng-copy program aplikasi yang seharusnya tidak boleh di-copy tersebut. Namun, kita yang paham bagaimana sebuah aplikasi dengan susah payah dibuat harus bertanya pada diri sendiri, apa gak malu?
Ya, masalahnya kita hidup di negeri yang tidak terlalu memedulikan masalah tersebut. Negeri yang kebanyakan orangnya tidak mampu menghargai karya orang lain. Lagipula, harga software tersebut juga tidak terjangkau untuk pengguna komputer pada umumnya.
Maka, sebagai (calon) programmer, alangkah baiknya jika kita selalu berusaha untuk legal dan tidak membajak. Jika kita belum mampu membeli aplikasi yang berbayar, cari alternatif penggantinya yang gratis, kalau bisa yang open source supaya kita yang mampu memprogram bisa ikut mengembangkannya. Dengan demikian, tidak akan ada yang mendzalimi maupun terdzalimi, dan semuanya akan berjalan dengan damainya…
Arief Hidayatulloh 1:04 pm on 11 September 2009 Permalink |
Cie…. yang sadar akan hak cipta orang lain. Kalo ane sendiri sih jarang pake yang bajakan… pake yang copyan aja.. hehehe
abrari 2:12 pm on 11 September 2009 Permalink
Emang seharusnya gitu kan…
Copyan gak legal tetep aja bernama “bajakan” :)
abrari 3:41 am on 13 September 2009 Permalink |
Untung aku bukan programmerafif 8:34 am on 16 September 2009 Permalink |
kalau buku gimana?
di kampus kan banyak banget buku foto kopian?
antum pakai buku asli semua kah?
abrari 11:39 am on 16 September 2009 Permalink
Kalo buku sih agak beda kasusnya. Soalnya hanya sedikit sekali buku yg tanpa hak cipta dan boleh dikopi. Beda sama software, di mana yg gratis jauh lebih banyak daripada yg berbayar, sehingga kalo gak mampu beli yg berbayar, tinggal cari alternatifnya yg gratisan. Kalo buku kayaknya gak bisa seperti itu. Jadi ya terpaksa harus fotokopi :)
Lagian ane juga punya buku dikit banget (<3 sejauh ini). Kebanyakan adanya diktat yg notabene bebas dikopi :)
syaiful 6:00 am on 17 September 2009 Permalink |
se7…..
manganya aq mulai pakai ubuntu…hehe
seklian belajar menjadi programmer….weleh
abrari 8:06 am on 17 September 2009 Permalink
Hehe, bener. Linux itu bagus untuk memprogram.
afif 1:36 am on 19 September 2009 Permalink |
kalau software semacam corel atau photoshop yang gratis apa ya, akh?
abrari 2:20 am on 19 September 2009 Permalink
Kalo CorelDRAW sih bisa pake Inkscape. Kalo Sotoshop bisa pake GIMP. Cari aja di halaman download blog ini. Atau langsung googling.
Memang sih secara fitur masih menang yg berbayar. Tapi untuk keperluan sehari2, insyaallah lebih dari cukup.
afif 4:14 am on 19 September 2009 Permalink |
jazakallah ya!
a3u5z1i 1:30 pm on 19 September 2009 Permalink |
Hehehe…
Saya lebih suka ngasih pendapat tentang program buatan orang daripada buat program.. Hehehe…
abrari 9:51 pm on 19 September 2009 Permalink
Emang siapa yg suka mbikin program :P Enakan tinggal make :)
Arief 5:06 am on 23 September 2009 Permalink |
Bro, cuma mau memperkenalkan blog baru ane, atas saranmu jadinya pake script wordpress. tar sekali2 kunjungi ya.
you2knowme 2:19 pm on 29 September 2009 Permalink |
g buka kok brar, cuma mau bls komet doank
hee
you2knowme 2:19 pm on 29 September 2009 Permalink |
g buka kok brar, cuma mau bls koment doank
hee
nurussadad 9:11 pm on 3 Oktober 2009 Permalink |
Lebih jelek lagi, orang yang bangga ama Program Bajakan..
nurussadad 9:12 pm on 3 Oktober 2009 Permalink
btw, sedikit ketinggalan…
MS Office 2007 bukan 2007 keluarnya…
ane udah sejak Desember 2006 makenya…
abrari 2:13 am on 7 Oktober 2009 Permalink
Di aboutnya juga ada kok. Copiright 2006.
nurussadad 1:28 pm on 9 Oktober 2009 Permalink
gak lihat
ganda 4:02 am on 18 Mei 2010 Permalink |
seperti kata pepatah, “Programmer juga manusia, punya rasa punya hati, punya anak, punya istri, butuh makan, butuh minum”.
Tapi kenapa ya, di Indonesia ini, orang2 IT malah di anggap bawahan? orang-orang yang posisinya harus di bawah? Padahal apa yang mereka bisa tanpa orang IT ya? Masih mau pakai mesin tik? Ngirim surat via pos?
abrari 6:54 am on 18 Mei 2010 Permalink
Yah, sehebat apapun kalo namanya programmer itu cuma “pekerja”. Beda kalo jadi “bos”…
wahyu 6:02 am on 11 Maret 2012 Permalink |
pingin sih mas, tp ga smua bahasa pemrograman n database gratis mas…
kalo beli mahaL banget..
ex Visual Basic (untuk dekstop ane sering pake VB mas, yang gratisan kayak Java dan yang lainnya ane ga pernah pake), SQL Server dan Oracle untuk database (walaupun ane sering pake MySQL, tapi tuntutan kampus harus bisa oracle n sqL server).
kalo programming web-base ane pake yang murni smuanya gratisan mas, pake PHP,mysql,
kalo office ane udah pake openoffice dari dulu…
abrari 6:06 am on 11 Maret 2012 Permalink
Kalo buat akademis (kaya tugas kuliah) dll kan kalo gak salah nggak papa mas. Yang nggak boleh itu kalo buat nyari duit :)
wahyu 6:15 am on 11 Maret 2012 Permalink |
kalo itu ane setuju mas..
kalo untuk belajar ga papa…
tp untuk buat project tu ga boleh…