Mereka yang Enggan Menggunakan Kata Ganti
Mungkin Anda pernah menemui orang-orang semacam ini. Ya, orang yang jarang ataupun enggan menggunakan kata ganti ketika berbicara. Yang dimaksud kata ganti di sini misalnya, “Saya”, “Kamu”, “Dia”, dan sebagainya yang lazim digunakan dalam percakapan.
Saya sendiri juga mempunyai teman yang seperti itu. Ketika berbicara, dia lebih suka menyebut nama seseorang dibanding menyebut “Dia”. Bahkan, untuk menyatakan “Saya” pun dia lebih suka menyebut namanya sendiri. Juga untuk menyebut “Kamu” dia lebih suka menyebut nama lawan bicaranya.
Contohnya seperti ini, misalkan ada seseorang yang bernama Asep sedang mengobrol dengan seseorang yang bernama Joko. Asep disini adalah orang yang enggan menggunakan kata ganti. Asep mengatakan pada Joko bahwa dia akan memberitahukan sesuatu hal nanti. Maka Si Asep berujar:
Entar Asep kabarin Joko lagi deh.
Bagi kita yang tidak terbiasa, percakapan seperti ini akan terasa janggal. Bahkan kita pun mungkin agak canggung ketika menyebut nama diri sendiri ketika berbicara. Kita yang tidak seperti mereka lebih suka menggunakan kata ganti “Saya” ketika menunjuk diri sendiri.
Mereka yang memiliki kebiasaan seperti itu memang biasanya berjumlah sedikit alias minoritas. Kalangan seperti kita yang lebih suka menggunakan kata ganti biasanya menganggap mereka “kekanak-kanakan”. Salah satu dosen ketika menjelaskan adab berkomunikasi dengan seseorang yang dihormati mengatakan bahwa hal itu tidak sopan (relatif, tentu saja). Mungkin saja hal itu benar, karena kalau kita perhatikan, golongan yang masih menyebut nama diri ketika berbicara biasanya adalah anak-anak yang manja.
Bagaimanapun juga, kita harus tetap menghargai mereka dan tidak mengolok-olok karena itulah kebiasaan mereka. Kita toh juga akan sangat sulit untuk mengubah kebiasaan kita ketika berbicara. Jadi, bagi merekalah gaya bicara mereka, dan bagi kitalah gaya bicara kita.
abrari 1:50 pm on 8 Mei 2009 Permalink |
Satu lagi postingan nggak nggenah dariku.
a3u5z1i 12:45 am on 9 Mei 2009 Permalink |
Kalau SMSan, kadang-kadang sering juga kayak gitu.. Malah kadang tanpa menggunakan kata ganti atau nama sama sekali… (kalimat tanpa subjek..)
abrari 2:30 pm on 9 Mei 2009 Permalink
Bahasa SMS mah gak usah dibahas. Gak memenuhi kaidah bahasa manapun :)
bloksaya 4:26 am on 9 Mei 2009 Permalink |
hore…
akhirnya da penguat bahwa saya adalah manusia biasa..
saya kan hampir selalu pake “saya”…
rismaka 1:31 pm on 9 Mei 2009 Permalink |
Tambahan, golongan yang masih menyebut nama diri ketika berbicara biasanya adalah perempuan :)
nurussadad 12:16 am on 10 Mei 2009 Permalink |
Ui, Abrari, koq gw terus2an dapat link back dari tulisan baru mu?
abrari 4:41 am on 10 Mei 2009 Permalink
Gak tau. Gak aku apa-apain tuh. Mungkin fitur baru worthpress? Atau
mungkin anda sedang beruntung terus-terusan.
visakana 2:36 am on 10 Mei 2009 Permalink |
banyak juga orang yg suka kayak gitu,, ada juga yang ikut2an kayaknya..
mungkin juga biar gag harus ngomong kayak
“lo gue” gitu ke lawan bicara,,,
visakana 2:38 am on 10 Mei 2009 Permalink |
sebenernya baru nemu di IPB ini sih,,
sikamala 9:49 am on 10 Mei 2009 Permalink |
tapi kalo kata temen saya, itu bisa lebih cepat mengakrabkan hubungan lo brar.Kata dia se itu ada di buku
Wongbagoes 5:20 pm on 10 Mei 2009 Permalink |
Kadang menggunakan kata ganti, tergantung kepada siapa kita berbicara…
abrari 8:24 am on 12 Mei 2009 Permalink |
Hehe. Gak segitunya mbak.
Kalo saya sendiri sih agak gimana gitu kalo nyebutin nama sendiri.
wildanr 11:59 am on 18 Mei 2009 Permalink |
sepemantauan gw, kebiasaan menggunakan nama dibandingkan menggunakan kata ganti disebabkan oleh budaya di daerah asal orang tersebut.
Satu pola yang gw temuin adalah orang pontianak ( udah 3 yang gw perhatikan ) seperti itu gaya bahasanya, ntah cowok maupun cewek.
Mona 3:52 am on 4 Oktober 2017 Permalink |
Kalau orang Padang cenderung menyebut namanya dalam bicara, jarang kata ganti. Bagi mereka, ber aku atau saya, terkesan kurang dekat dengan lawan bicaranya. Saya sendiri orang Padang, tapi kalau bicara dgn teman seringnya ber-aku, dan formal ber-saya. Ada rasa percaya diri bila ber-aku dalam bicara, dibanding menyebut nama diri.