Sandal oh Sendal
Di asrama, sepertinya kami dituntut untuk terbiasa kehilangan sandal. Sandal yang sama dapat mengalami kehilangan sampai berkali-kali. Kehilangan disini dapat berarti hilang beneran atau cuma sekedar dipinjam tanpa izin sampai batas waktu yang belum ditentukan.
Hal diataslah yang mendasari setiap penghuni asrama untuk membawa masuk sandalnya ke dalam kamar (sandal tidak diperkenankan dipakai di dalam gedung). Namun hal ini terasa cukup merepotkan bagi ana. Maka gua cuma naruh itu sandal di lemari di dekat pintu masuk gedung. Ternyata itu bukanlah pilihan bijak. Sila simak cerita saya.
Saya (dulu) punya 2 pasang sandal. 1 pasang sendal jelek dan 1 pasang sandal lumayan (baik). Pada mulanya sandal default adalah sendal jelek. Sampai suatu ketika sendal jelek itu hilang sebelah selama beberapa hari. Sandal default pun beralih ke sandal lumayan.
Beberapa minggu kemudian, pasangan sendal jelek datang sehingga sandal default balik lagi ke sendal jelek. Sendal jelek itu pun aku tingkatkan sekuritinya dengan menyimpannya ke lemari dekat pintu masuk gedung (sebelumnya cuma ditarok di luar). Anehnya hal diatas (hilang sebelah) terulang kembali. Sandal default pindah lagi ke sandal lumayan.
Tapi hilang tidak hanya sampai disitu. Kini sandal lumayan secara tiba-tiba hilang keduanya. Untung saja sendal jelek masih ada sebelah. Anehnya lagi, dalam tempo kurang dari 24 jam setelah sandal lumayan hilang, sendal jelek menjadi lengkap kembali, tapi sandal lumayan juga belum selesai hilang.
Akhirnya sampai tulisan ini dibuat sandal lumayan belum selesai hilang sehingga sandal default saat ini adalah sendal jelek.
Semenjak itu, sendal jelek itu pun terpaksa selalu gua masukkan ke kamar setiap selesai dipakai. Dan penantian akan sandal lumayan juga belum kuakhiri…
Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa jangan percaya siapapun jika kita berani menyimpan sandal di luar kamar, berarti kita juga telah merelakan sandal itu menjadi milik bersama. Hmmm… Sebuah kebersamaan sejati, selaras dengan motto asrama, together to be better…
saya 3:13 am on 15 Agustus 2008 Permalink |
cerita yg mengharukan
gmn kl qt angkat mnjdi sbh vilm, sp tw venomenal ky aac?
a3u5z1i 4:32 am on 16 Agustus 2008 Permalink |
saya juga hilang sendal…
males beli lagi, akhirnya saya pake sepatu atau telanjang kaki aja..
Taufik 11:38 pm on 16 Agustus 2008 Permalink |
maklum aja di asrama, tinggal kita aja yang harus pandai-pandai menata hati.
weibullgamma 10:26 am on 19 Agustus 2008 Permalink |
saya sudah ganti sendal sekitar 9 kali ketika keluar dari asrama..
Sadat ar Rayyan 4:28 am on 23 Agustus 2008 Permalink |
kalo beli jangan yang merk swallow. sandal sejuta umat. he..he..
make sendal dari ban itu kekna lebig aman :D
denny ganteng 7:34 am on 1 September 2008 Permalink |
welwh brar, sendalku cuma satu tapi sudah brulang kali tertukar, baik d’masjid, d’warteg dan lain-lain. itu sudah menjadi hal yang biasa bagi ana.
azkaa,, 3:57 am on 3 September 2008 Permalink |
*lirik komen mas anto*
senasip.. hhu..
wong nangkring nang pring 7:34 am on 3 September 2008 Permalink |
brar email u opo? nek arep kirim2 piye nang email opo nang log wae
rizqy 1:00 am on 5 September 2008 Permalink |
wah, sama brar. walaupun aku g di asrama, tapi sendalku juga sering ketukar. herannya kok ketukar am yang jelek ya.
kayaknya kalo ceritamu diangkat jadi novel bagus loh brar, sapa tau bisa kayak andrea hirata, pa kang abik.
absolutezeropeople 8:55 am on 6 September 2008 Permalink |
ehmm gitu ya brar.makanya kanu sholatnya di mesjid unwanul hidayah,rawamangun tar kamu g bakal deh keilangan sendal lagi.
llagian kalo cuma sendal aja brar di pusingin.
icho_fudz@yahoo.com 7:24 am on 12 September 2008 Permalink |
sedih……..innallaha maashobirin…
Arief 10:03 am on 25 Desember 2009 Permalink |
Pengen komen ah… bernostalgila…