Ahlussunnah Waljama’ah Versi Lain
Suatu hari, secara tidak direncanakan gua terlibat sebuah dialog dengan seseorang. Sebut saja si Fulan. Dialog pertama kali dimulai oleh saya (tumben ya) karena melihat dia suka sekali melakukan bid’ah setelah shalat, yaitu selalu sujud setelah berdo’a dan berdzikir. Berikut adalah dialognya (dengan banyak gubahan).
Aku: ***, kenapa kok kamu habis do’a selalu sujud?
Dia: Oh, itu sujud syukur. (Bersyukur udah bisa shalat? Gak perlu terus-terusan sujud kali…)
Aku: Kenapa kamu lakukan terus?
Dia: Udah kebiasaan sih.
Aku: Jangan dibiasain dong, seolah-olah itu wajib atau sunnah.
Dia: Enggak, enggak wajib. Kebiasaan aja.
Aku: Kan nggak ada haditsnya.
Lalu aku pun lupa dialognya, sampai pas kami berbicara tentang dzikir.
Dia: Kan ada juga orang yang mengatakan habis sholat gak usah do’a.
Aku: Bukan gak usah do’a. Gak wajib. Yang agak wajib itu dzikir. Kalo berdoanya itu sunnah.
Dia: Tapi di mushola sini ama masjid al-Hurriyyah payah. Anak-anaknya gak ada yang dzikir.
Aku: Maksudnya? Gak juga ah, pada dzikir dan berdo’a kok habis sholat.
Dia: Maksudnya gak ada yang dzikir bersama-sama gitu.
Aku: Loh, kan lebih baik sendiri-sendiri.
Dia: Segala sesuatu itu lebih bagus kalo berjama’ah. (Hmmm… Kaidah dari galaksi mana?)
Aku: Tapi Rasulullah (shalallahu’alaihiwasallam) dan sahabatnya dzikir sendiri-sendiri abis sholat.
Dia: Ah… Gak tau ah gua itu. Elo ini muhammadiyah ya?
Aku: Hmmm, agak cenderung ke sana sih memang. (Ini cuma untuk memperhalus pembicaraan)
Dia: Ooh, pantes… Kalo aku sih Ahlussunnah Wal Jama’ah. (Wakakakak… Ahlussunnah versi siapa? Kok bisa-bisanya)
Lalu dialog alias debat terus berlanjut tentang bid’ah, dan sebagainya. Sampai akhirnya dia berkata:
Dia: Aah, gua gak mau mempermasalahkan itu lah. Yang penting kan gak melanggar agama. (Wakakak lagi… Biar bid’ah yang penting “hasanah”)
Yaa Allah, bagaimana cara memperingatkan orang ini…
Lihat juga: |
IPO3L 3:28 am on 14 Agustus 2008 Permalink |
YAH Kyk Rasulullah caranya,…gak smudah itu menggubah orank.. emangnya kamu tu siapa..dah berbuat ap sm dia… mungkin gtu,. wawlohualam
abrari 3:38 am on 14 Agustus 2008 Permalink |
Emang gak semudah itu sih. Dia itu tipe orang yang susah didandani. Tapi ada lho orang yang kalo udah dinasihati dengan hadis & ayat2 dsb dia langsung berubah. Tipe orang yang dibukakan oleh Allah pintu hatinya…
Yang penting kan udah pernah berusaha ya Pol ya…
saya 2:20 am on 15 Agustus 2008 Permalink |
eh, yang memulai dialog saya? apa elo?
rismaka 4:30 pm on 17 Agustus 2008 Permalink |
Assalamualaykum…smoga Allah memberikan hidayah dan taufikNya pada kita smua..
cara yg trbaik utk mnghadapinya adl dg memberikan hujjah yg jelas dan gamblang (tntunya kita hrs berilmu dulu)berkali kali, tapi hrs dg cara hikmah mnyampaikannya, bkn dg hawa nfsu ingin menang dlm “debat” tsb. Jika memang hidayah blm mnyambar, maka tinggalkanlah prdebatan, dan brtaqwalah pd Allah, bhwa antum sdh berusaha semax mungkin.
Barakallahu fiik, smoga Allah memberikan ilmu yg bnyak dan brmanfaat pd kita smua.
abrari 2:14 am on 18 Agustus 2008 Permalink |
Antum benar. Debat bukan cara salafusshalih dalam meluruskan pemahaman. Apalagi itu baru pendekatan pertama dan ilmu ane masih minimum. Tapi sepertinya akan sulit sekali sebab beliau (Dia) susah diberi hujjah. Wallahulmusta’an
Muhammad Reza 4:12 am on 20 Januari 2009 Permalink |
hendaknya seseorang pemberi nasehat memperhatikan 3 hal :
1. Bersabar dan tidak tergesa-gesa pada orang yang diberi nasehat
2. Melihat keadaan orang yang diberi nasehat
3. Melihat kemampuan/ ilmu yang ada pada dirinya sendiri sebelum memberi nasehat…
barakallahu fiik
itu pelajaran dari al ustadz dzulqarnain……….